.

Sekeping Nasib

Oleh: Tito Erland S Malam ini Sang Pencipta Kehidupan membukakan pintu-pintu surganya. Dari dalamnya tercium aroma semerbak surgawi yang dapat menentramkan jiwa siapapun yang menghirupnya. Dia mendengar, batinku. Sungguh mulia Dia, mau mempertemukan diri ini dengan mimpi-mimpi yang telah lama kurangkai. Syair yang selama ini kulantunkan rupanya telah bermetamorfosis menjadi sebongkah realitas yang dapat kugenggam. Dia Maha Tahu, Maha Mengerti, maka dengan kekuasaanNya diutuslah seorang bidadari untuk menemaniku. Bidadari itu memiliki rupa yang sangat jelita, wajahnya menunjukan kecantikan abadi yang tak kan sirna termakan waktu. Rambutnya yang hitam legam dibiarkannya tergurai, menambah daya magis dalam dirinya. Matanya yang penuh keteduhan sesekali menatapku, semakin membuat hatiku melumer. Sungguh suatu mukjizat aku dapat menatapnya sedekat ini. Malam ini sungguh malam yang sangat indah. Segenap alam seakan mendukungku agar melanjutkan sekeping nasib yang telah ku genggam. Purwokerto, 14 Oktober 2008.

2 komentar:

-ninda- mengatakan...

waaww...puitis sekali.. maknanya kayanya dalem banget tuh!! boleh tau ga ya...?? :)

Anonim mengatakan...

puisi menebar kekaguman jiwa.. mengasah kecakapan humanis... lanjutkan bung!!!