.

Cerpen tentang Oposisi Biner

Kau salah-kau benar, kau tampan-kau jelek, kau modern-kau tradi

Oleh: Tito Erland S

Kau salah-kau benar, kau tampan-kau jelek, kau modern-kau tradisonal, kau modis-kau kuno. Oposisi biner itu terus mengelayut dikepalaku, menusuk-nusuk saraf otak. Muak jadi dibuatnya.

Sejak dahulu aku dan para manusia lainnya dijejali dengan sampah demikian. Dijadikan robot yang tak dapat berpikir sendiri dan hanya menerima titah-titah suci dari sang tuan. Tak menjadi soal ketika aku masih kanak-kanak, namun kini aku telah dewasa, dapat berpikir sendiri, dapat menentukan mana yang baik untukku dan mana yang tidak, tetapi tetap saja petuah moralitas itu selalu menghujami tubuhku, menggangu eksistensi pribadiku.

“Gus, keluar dong jangan dikamar mulu, ga baik”, panggil seorang teman.

Ah, sial, batinku. Apa urusan dia jika aku sering berdiam di kamar. Tahu apa dia tentang apa yang kukerjakan sehingga kemudian merasa pantas menilai mana yang baik untuk ku. Ku diamkan saja panggilan temanku itu. Aku lebih memilih melanjutkan khyalanku tentang oposisi biner.

Oposisi biner, ya oposisi biner, seperti yang dilakukan temanku, membedakan mana yang baik dan mana yang tidak, bahkan kemudian mencampuri eksitensi pribadi. Padahal bagiku manusia dewasa layak mempertanyakan ulang perihal kebenaran. Manusia dewasa layak mempertanyakan ulang tentang mitos kecantikan dan ketampanan, tentang yang modern dan tidak, dan segala hal lainnya. Karena manusia dewasa sudah dapat berpikir menggunakan akalnya sehingga kemudian dapat menentukan jalannya sendiri. Karena segala sesuatu yang tampak baik dan buruk hari ini adalah jalinan makna yang dibentuk dalam suatu “perbincangan”, di mana didalamnya terdapat hukum “siapa yang berkuasa dia yang menentukan”

Sangat pantas ketika seorang individu menghancurkan pembeda baik-buruk dalam konteks universal. Sangat pantas ketika seorang individu menciptakan baik-buruk versinya sendiri dengan satu catatan penting tak menggangu eksistensi lainnya.

“Bagus, keluar dong, masa cowok di kamar mulu”, panggil temanku yang rupanya belum menyerah.

“Suka-suka gue kali”, ku jawab itu dengan keras, mengakhiri usahanya membujukku untuk keluar.

2 komentar:

Ferry mengatakan...

BUng tito, bukankah adanya "manusia dewasa" juga termasuk bentuk OB itu sendiri?Levi-Strauss menggembangkan hal itu dalam menganalisis kajian mengenai klan yang dibentuk dalam bahasa

tito mengatakan...

jawaban u ferry: umm, bener juga kayaknya.. makasih infonya ya.. yang saya maksudkan dl cerpen itu adlh penentuan baik dan buruk atau mungkin benar dan salah dapat dilakukan oleh setiap individu yang sudah dewasa,mengapa? karena kalo masih kecil dia nentuin jln hidupnya sendiri, ntar dia tersesat lg, cb kl ank tk dibebasin nentuin pilihan,kan bahaya tuh, bisa2 ntar dia ngerokok lg...maka itu tentu individu yg dimksud adlh indivdu dewasa, tp itu menurut si bagus loh,tokoh dalam cerpen saya. btw ni feryy politik ya??