.

Kembang dan Kumbang

Kembang dan KumbangOleh: Tito Erland S

Bagi. Diartikan bukan sebagai untuk. Mendekati makna sebagai tanda dalam matematika, namun jauh lebih dalam dari itu dikontekskan pada ranah sosial, khusus lagi perjalanan hidup dua insan. Dalam ranah itu bagi mendapat imbuhan “ber”.

Metafora terangkai penggambar perjalan kisah itu. Alkisah rajutan terjalin antara kembang dan kumbang. Suatu saat kepakan sayap kumbang menghantarkannya pada kembang. Saat ia akan meminum madu dari kembang, kembang menutup mahkotanya.

“Aku tidak ingin sedang berbagi madu denganmu”.

Kumbang terkejut dan kemudian marah pada kembang. Namun rupanya kembang punya alasan.

“Ini adalah madu ku. Dan kau tak berhak marah jika ku tak membaginya denganmu”

Kumbang terheran dengan semua itu. Apa kasih tak berarti berbagi?, pikirnya.

Kumbang lalu teringat cerita kembang tentang dua insan lain. Dua insan itu terlibat kisah yang tak habis pikir baginya. Mereka melakukan semacam traktat sebelum memasuki bahtera kehidupan bersama. Isinya tak jauh dari kesepakatan agar materi tak jatuh ke tangan yang satu jikalau harus menemui gunting pemisah jodoh. Kumbang kembali berpikir mengingat cerita itu, apakah tak ada milik bersama? Apakah yang ada hanya milik pribadi? Apakah kata berbagi menjadi hilang dengan keegoisan individu?

Menurut pak jenggot, sang biang keonaran, sejarah manusia bergerak karena adanya sistem kepemilikan pribadi. Hal tersebut perlahan menghilangkan konsep kesukarelaan dalam berbagi. Kemudian menjadi bermasalah ketika termonopoli sementara yang lain tak berkesempatan memiliki. Namun ada tesis yang mengatakan hal itu tak terjadi pada hubungan dua insan. Di dalamnya masih ada keluhuran berbagi. Dus, semua itu terlindas oleh roda zaman, ketika moderenitas memutarbalikan kesemuanya, tesis pun tak lagi benar secara absolut. Ilmu hitung-menghitung menjadi warna dalam hubungan dua insan. Kepemilikan bersama menjadi semakin absurd. Jangankan itu istilah berbagi pun menyempit.

Akhirnya kasih tak lagi seindah kisah yang dirangkai Gibran. “Kasih adalah berbagi hati bukan materi”. Hal itu yang terpancar jelas dari wajah sang kembang dan membuat kumbang terlena dalam haru biru.

Mungkin kasih hanya urusan hati, bukan materi, jadi yang perlu dibagi hanya hati saja. Ah, tapi layakah itu?

0 komentar: